Gagal Ginjal: Alhamdulillah, aku bebas cuci darah!

proses haemodialisis cuci darah

Proses Haemodialisis (Cuci Darah)

Nama saya Nurul Perwirady Hady. Usia saya memang hampir mencapai 60 tahun, selama itu pula alhamdulillah saya tidak pernah merasakan sakit yang akut hingga diharuskan rawat inap di rumah sakit. Paling hanyalah sakit biasa, seperti flu/pilek dan batuk ringan. Itupun, saya tidak pernah memanjakan diri untuk langsung pergi ke dokter. Jadi, saya hanya minum beberapa obat untuk meredakannya ataupun saya diamkan saja.

Tahun 2006 lalu, entah mengapa seringkali tiba-tiba badan saya lemas. Saya merasa daya tahan tubuh saya menurun, ingin muntah karena mual dan tidak selera makan. Saya sedikit bingung dan khawatir. Setelah saya beberapa kali merasa lemas, saya pun mulai merasakan air seni tidak selancar seperti biasanya ketika saya buang air kecil. Lalu, sebentar-sebentar mau buang air kecil lagi yang esok-esoknya disusul dengan keluar darah. Seperti biasa, pertama-tama saya diamkan saja. Saya pun tidak memberitahu istri, apalagi anak-anak.

Suatu hari kira-kira bulan Agustus 2006, saya mengunjungi adik di Bandung. Ia bilang badan saya terlihat kurus. Tidak hanya dia yang mengatakan demikian, istri dan anak-anak pun kelamaan memperhatikan. Saat itu juga adik saya memaksa agar saya diperiksa ke dokter. Bujukan istri dan adik pun meluluhkan hati, saya diperiksa laboratorium dan hasilnya mengejutkan. Hasil laboratorium mengatakan saya mengidap penyakit GAGAL GINJAL. Dokter pun langsung menyarankan agar saya dirawat inap, tetapi saya menolak sarannya dan bersikeras untuk pulang ke Jakarta.

Seminggu kemudian, saya memutuskan untuk balik lagi ke Bandung menemui dokter tersebut. Ternyata kondisi badan saya sudah tidak kuat lagi, lemas! Pandangan saya gelap dan hampir tak sadarkan diri. Akhirnya saya dibawa ke rumah sakit. Besoknya saya harus menjalani cuci darah. Setelah diperiksa laboratorium untuk yang kedua kali, hasilnya pun sama, GAGAL GINJAL yang disebabkan oleh prostat. Berat badan saya yang semula 86kg, turun drastis menjadi 65kg. Sampai pada keputusan akhir, dokter menyatakan harus menjalani operasi prostat. Saat itu rasanya saya lebih baik mati bila harus dioperasi. Keluarga besar pun berdiskusi untuk memutuskan apakah mereka mendukung operasi tersebut. Hati kecil saya ingin menolak operasi itu, tetapi saya berpikir ulang kalau harus sembuh demi istri dan anak-anak. Sejuknya mata, cinta dan kasih sayang mereka yang membuat saya siap untuk dioperasi walaupun sempat berhari-hari saya menyimpan tangis yang dalam.

Alhamdulillah operasi tersebut lancar dalam beberapa jam. Namun, saya harus tetap menjalani cuci darah dua kali dalam satu minggu. Di rumah sakit tersebut, saya dirawat inap hampir satu bulan. Sungguh, itu sangat menyiksa saya terutama saat cuci darah berlangsung selama 4 jam. Saya pun pernah tiga kali pingsan setelah cuci darah, juga saat proses cuci darah berlangsung saya hampir kehilangan kesadaran. Rasanya mau mati, sekarat! Di ruangan tersebut, seakan maut bisa kapan saja menjemput. Saya pun siap bila mana memang harus lepas nyawa saat itu. Saya sudah tidak tahan lagi, sakit!

Sebulan kemudian kira-kira akhir Oktober 2006, seorang teman baik datang ke rumah untuk menjenguk. Ia menawarkan terapi holistic dan menjelaskan sedikit mengenai pengobatan tersebut. Saya langsung tertarik sebab saya ingin kembali sehat dan tidak mau ke dokter selamanya. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada tanggal 8 November 2006 sekitar pukul 08.00 pagi saya dipertemukan dengan Pak Yosef Darma Rista dan istrinya, Enny Setyorini di klinik beliau “Fairuzholistic”. Mereka berdua mulai melakukan terapi terhadap saya, dengan kondisi saya yang saat itu masih menjalani cuci darah dua kali seminggu, masih menggunakan kateter, Hb 7.3, Ureum 108.2, Creatinine 16.1, dan Uric Acid 9.5. Saya ikuti seluruh terapi berupa Akupuntur, Koryo Sooji Chim, Bekam, Refleksi, Massage, Yoga, Diet, Suplemen/obat herbal, dan terapi lainnya dengan frekuensi awal tiga kali seminggu dan secara bertahap terus berkurang.

Alhamdulillah 2 bulan kemudian, saya merasa lebih baik walaupun masih tetap menjalani proses cuci darah yang berkurang menjadi seminggu sekali hingga 10 hari sekali.

Pada tanggal 19 Januari 2007, dengan mempertimbangkan kondisi saya yang sudah tampak lebih bertenaga, saya mulai menjalani terapi Colon selama 10 hari berturut-turut.

Pada terapi ke 23, tanggal 15 Februari 2007, saya mendapatkan berita yang menggembirakan hati bahwa berdasarkan data lab, saya benar-benar tidak perlu lagi menjalani cuci darah. Meskipun demikian terapi masih terus berlangsung.

Allah SWT sungguh maha menyembuhkan, pada tanggal 29 Mei 2007 terapi saya di Klinik “Fairuzholisitic” berakhir. Kondisi tubuh saya lebih baik dari pada sebelumnya. Saya sudah mampu bepergian jauh selama beberapa hari hingga keluar kota, berlibur bersama keluarga tercinta, kembali berbisnis, berolah raga, hingga mengendarai mobil sendiri, dan aktivitas lainnya yang sempat tidak bisa saya lakukan selama beberapa waktu. Sampai pada hari ini pun, saya tetap mengkonsumsi suplemen yang dianjurkan dan menjalani terapi diet. Alhamdulillah akhirnya sejak 29 Mei 2007 hinggga hari ini 31 mei 2012 saya tidak lagi menjalani cuci darah yang sangat menyiksa itu.

Dikirim Oleh: Vitri Hady, Australia. (Putri ke 3 Bapak NP Hady)


Klinik Fairuzholistic

3 responses to “Gagal Ginjal: Alhamdulillah, aku bebas cuci darah!

  1. Assalammualaikum pak, kami dari aceh, orang tua saya mengalami gagal ginjal dan setelah cuci darah org tua saya selalu lemas dan kadang kadang harus dirawat di rumah sakit krb sangat lemas, dokter mengatakan ginjal bapak saya tidak berfungsi lagi dan harus cuci darah seumur hidup. Mohon bantuan dan solusinya pak.

    Suka

Tinggalkan Balasan